Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pilkada Gresik Damai & Bermartabat | Jangan Sampai Menjadi Korban Politik

Pilkada Gresik Damai & Bermartabat | Jangan Sampai Menjadi Korban Politik

Pilkada Gresik Damai & Bermartabat | Jangan Sampai Menjadi Korban Politik
Oleh : Priyo Felass

Ibarat sebuah rumah, politik adalah kamar mandi. Tempat dimana semua kotoran akan singgah. Andai dirumah tidak ada kamar mandi , bagaimana yang menghuninya? Pasti sangat gelisah bukan?

Jadi politik yang dianggap kotor oleh banyak masyarakat, tetap dibutuhkan oleh masyarakat pula, salah satu contoh, mengambil kebijakan, pembuatan aturan maupun perubahan2 yang bertujuan kesejahteraan masyarakat.

Lalu, Apa Muara dari politik itu jika semua daya dan upaya hanya berkonsentrasi pada pemenangan para paslon. Pemilihan pemimpin hanya dimaknai oleh bagaimana perekrutan pemilih, penggalangan masa, bahkan cenderung menghancurkan pertemanan, perkumpulan organisasi, jadi kurang solid hanya karena pesta 5 tahunan.

Pesta demokrasi seharusnya jangan mengorbankan sendi sendi kehidupan yang ada dalam masyarakat menjadi bergeser atau berubah hanya karena perbedaan pilihan. Kita juga sudah tau, setelah pesta telah usai semua kembali seperti semula, namun pada akhirnya meninggalkan cacat pada segala aspek kehidupan dimasyarakat,,

Mari merawat segala aspek kehidupan yang sudah tertata, sangat disayangkan jika harus dihancurkan setiap 5 tahun sekali.

Seorang teman merangkul pundak, dia berbicara tentang perhelatan pemilihan kepala daerah yang sebentar lagi berlangsung, dan lagi lagi saya hanya memposisikan diri sebagai pendengar yang baik

Saya adalah tipe orang yang tidak mau menunjukkan hak politik saya didepan siapapun. Langkah itu saya ambil karna saya tidak ingin terjebak dalam ketersinggungan maupun rasa tidak enak hati terhadap antar teman.

Saya masih ingat ketika saya hanya mau menunjukkan pilihan politik saya pada saat pemilihan pilpres periode lalu, saat itu saya memilih jokowi secara terang-terangan. Tetapi sebenarnya bukan hanya jokowi satu satunya alasan. namun ada sebuah kepentingan yang jauh lebih besar daripada itu

Saat itu saya hanya ingin menjaga indonesia dari kemenangan kelompok-kelompok HTI yang saat itu banyak merapat di kubu sebelah. Saya hanya khawatir bahwa indonesia akan semakin menjamur paham2 khilafah anti pancasila jika sampai mereka bisa memenangkan pilpres pada waktu itu.maka dari itu saya secara terang benderang melawan mereka dengan apa yang bisa saya lakukan. Sekedar memberi wawasan kepada sekitar dan menjelaskan betapa berbahayanya indonesia jika harus dikuasai oleh paham paham khilafah dsb.

Pada saat itu segala kemungkinan sudah saya pikirkan, mulai dari berseberangan dg teman, saudara maupun sahabat2 yang setiap saat bersama saya. Tapi saya tetap berpendirian. Suara harus tetap diperdengarkan, jokowi harus dimenangkan. Demi kepentingan yang jauh lebih besar.

Tapi Itu dulu, dan saat ini saya benar-benar tidak ingin berada dalam arus politik apapun.
Bahkan siapapun tidak saya ijinkan untuk sekedar mengetahui pilihan saya. Karna saya tidak ingin hanya karena politik, semua pondasi yang tertata harus hancur dan dibangun lagi 5 tahun kedepan.

Akhir kata, politik adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh bangsa dan negeri ini, tapi tak bisakah saya dan anda semua menikmati secangkir kopi dengan tetap bersabar menahan diri.

Seperti kata imam Ali As :
Kesabaran itu ada dua macam,
Sabar atas sesuatu yang tidak kau ingini
Dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau ingini.